Minggu, 05 Desember 2010

AGROINDUSTRI : kripik pisang lampung

Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi pasar antar daerah maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas untuk kebutuhan bahan baku agroindustri, sehingga memungkinkan pengembangan agroindustri dengan skala usaha yang optimal. Salah satu Usaha kecil sektor agroindustri yang memiliki prospek sangat potensial untuk dikembangkan di Propinsi Lampung adalah usaha pembuatan kripik pisang.

Di salah satu sudut kota bandar Lampung terdapat satu kawasan industri kripik pisang, dimana terdapat lebih dari 50 merek dagang yang terdaftar di kawasan tersebut. Kawasan tersebut terletak di jalan gang PU kedaton Bandar Lampung. yang berjajar sepanjang 4km.

Pada awalnya kawasan tersebut bukanlah sebagai sentra kripik pisang lampung seperti saat ini, namun setelah mendapatkan berbagai dukungan dari berbagai pihak dan juga pemerintah daerah maka terciptalah kawasan pusat oleh oleh kripik pisang tersebut.

-----------------------------------------------------------------------------------
Photobucket
KRIPIK PISANG

Kripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Syarat mutu kripik pisang dapat mengacu SNI 01-4315-1996, Kripik Pisang.

Kripik pisang-Standar Teknis ini berlaku untuk pembuatan Pisang menjadi Kripik Pisang. Prosedur Opersional Pengolahan Kripik Pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku Kripik pisang, penyiapan peralatan Kripik pisang dan kemasan Kripik pisang, pengupasan Kripik pisang dan pengirisan Kripik pisang, pencucian Kripik pisang dan perendaman Kripik pisang,
penggorengan Kripik pisang, penirisan minyak Kripik pisang, pemberian bumbu Kripik pisang, pengemasan Kripik pisang dan pelabelan Kripik pisang, serta penyimpanan Kripik pisang. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat keripik pisang adalah sebagai berikut:

1. Pisang
Bahan baku dalam pembuatan kripik pisang adalah pisang mentah. Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah sehingga mudah diiris-iris/dirajang tipis- tipis dan dibentuk sesuai dengan selera konsumen. Syarat Mutu Pisang Kepok Kuning Segar dapat mengacu pada SNI 01 – 4481 – 1998.

1. Air Bersih
Air dalam pembuatan kripik pisang digunakan untuk mencuci pisang. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum dan air bersih sesuai standar
Permenkes RI No. 416/MENKES/PERK/IX/90. Air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung zat yang membahayakan.

2. Minyak goreng
Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741 – 2002. Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan menghasilkan kripik yang tidak tahan lama(cepat tengik).

3. Larutan Natrium Bisulfit (Na2SO3)
Larutan Natrium Bisulfit 0,3% - 0,5% digunakan untuk merendam pisang agar tidak terjadi perubahan warna menjadi coklat. Di perdesaan larutan ini dapat diganti dengan potongan-potongan daun sirih.

Dalam pembuatan kripik pisang dapat ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP). Tujuan penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki tekstur, rasa, dan penampakan. Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun jumlahnya harus memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Persyaratan bahan tambahan pangan mengacu pada SNI 01-0222-1995, Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan kripik pisang adalah :

1. Gula pasir
Fungsi gula dalam pembuatan kripik pisang adalah untuk memberikan rasa manis. Gula pasir dibuat sirup terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kg gula pasir dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan harus bermutu baik, yaitu kering, tidak bau apek atau masam, tidak nampak adanya ampas atau bahan asing dan berwarna putih. Standar gula kristal putih (SNI 01-3140-2001).

2. Garam dapur
Fungsi garam dapur adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang digunakan adalah garam beryodium (SNI 01 – 3556 – 2000).

Jumat, 24 September 2010

ciaah apan nih,,

Dewasa ini, wacana akan pentingnya jiwa kewirausahaan bagi para sarjana muda di Indonesia berkembang pesat. Dimana dengan keterbatasan lapangan pekerjaan, kita dituntut dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk diri kita sendiri dan atau untuk orang lain. Dengan ketersediaan lapangan kerja yang sangat sedikit bila dibandingakan para sarjana muda tersebut, para sarjana muda tersebut atau para calon sarjana di arahkan untuk dapat menjadi wirausaha di bidangnya masing-masing. Sehingga kedepannya mereka dapat membuka lapangan pekerjaan yang diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran di negara kita ini.
Akhir akhir ini baik dari pemerintah maupun lembaga lembaga yang terkait didalamnya menyelenggarakan acara seminar, pelatihan, yang bertujuan untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan para calon sarjana. Dengan pelatihan tersebut selain mengembangkan prinsip prinsip dasar kewirausahaan juga menitik beratkan pada membangkitkan jiwa jiwa kepemimpinan. Sehingga sifat kewirausahaan yang telah terbentuk akan dapat berjalan baik dengan jiwa kepemimpinan yang diharapkan mampu benar menguasai Enterpreneur yang baik.
Pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu mengembangkan jiwa kewirausahaan tersebut, namun memang latar belakang dari masyarakat indonesialah yang terus membayangi atau menghantui para sarjana muda itu untuk dapat berkreasi lebih dalam menciptakan sebuah lapangan pekerjaan. Mereka lebih memilih untuk bekerja pada perusahaan besar atau menjadi pegawai negri sipil. Memang cetakan seperti itu sudah mendarah daging dalam tubuh kita sangat tebal, sehingga sidikit sedikit kita harus mampu mengikisnya sehingga kita dapat menjadi seorang enterpreneur yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang banyak sehingga kita juga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran di negeri kita ini.
Untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses memili bakat saja tidak lah cukup, maka dari itu harus ditambah beberapa faktor pendukung didalamnya, yaitu jiwa kepemimpinan dan juga menguasai segala aspek yang akan ditekuninya. Di dalam kepemimpinan kita akan sering didesak oleh suatu keadaan dimana kita harus dapat mengambil sebuah keputusan dalam waktu yang sangat tipis , dimana dalam kita mengambil keputusan kita harus dapat berpandangan jernih dengan menimbangkan segala resiko di alamnya yang juga akan sangat berpengaruh dalam keberlangsungan usahanya.
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepernimpinan, kepeloporan, keteladanan. Sehingga ia selalu ingin tampil berbeda lebih dulu lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan keinovasiannya, ia selalu menampilkan barang dan jasa jasa yang dihasilkannya dengan lebihcepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Dengan demikian seorang wirausahawan juga dituntut dapat berkreasi sebaik mungkin untuk dapat menciptakan produk baru yang diminati pasar.
Terlepas dari itu semua, tantangan yang sebenarnya adalah apakah mereka mendapat kepercayaan dari pelaku bisnis lainnya. Dimana sebagai seorang lulusan untuk memulai kewirausahaannya dibutuhkanlah sepercayaan dari pelaku bisnis lainya. Sehingga hambatan tersebut sangat sulit dilalui mereka. Namun berbekal keuletan mereka, kemandirian mereka dan segala aspek penyokongnya.
Dari segala aspek yang telah dibahas tersebut, sebenarnya yang menimbulkan ketakutan bagi para sarjana muda dalam menjadi seorang wirausaha adalah kepercayaan. Karena memang kepercayaanlah dirasa sangat vital di dalam sebuah usaha yang baru berkembang. Apakah para sarjana muda tersebut dapat dipercaya pasar? Itulah yang menghantui mereka selama ini. Maka dari itu diperlukanlah dukungan dari pemerintah maupun dari lembaga lembaga yang terkait didalamnya untuk dapat memberikan kepercayaan lebih kepada mereka maupun dapat membantu mencarikan patner bisnis mereka sehingga kegiatan kewirausahaannya tersebut tidaklah berhenti dikarenakan ketidak percayaan pasar terhadap mereka.
Jadi apakah kaliah para calon sarjana akan menjadi entrepreneur nantinya? Itulah tantangan yang harus jawab para calon sarjana tersebut dalam menjawab panggilan dari ibu pertiwi ini.